Nasi Kuning Kampung Kodo di Sevel Salemba

Kalau anda berasal dari Manado, Sulawesi Utara, anda pasti pernah mendengar nasi kuning kampung kodo. Waktu saya SMA dulu di Manado, saya dan teman-teman ataupun sepupu-sepupu saya yang tinggal di Komo Dalam, sering main dan makan Nasi Kuning yang berlokasi di daerah Kampung Kodo, sebelah Kampung Arab. Masa itu, nasi kuning hanya buka sore-malam hari jadi memberi kesan makanan tengah malam dan rasanya sungguh enak, dan pastinya dimakan saat hangat/panas dan sambelnya sangatlah istimewa belum lagi telur rebus bulat. Serasa di awan-awan kalau memakannya.

Malam itu karena kemurahan hati kawan-kawan kami Rima dan Arvy, para nasi kuning tersebut tiba di Bandara Soeta pada jam 22:00 malam dan tiba di Sevel Salemba Jam 23.30 malam dan jatuh ke perut kami jam 23.55. Oh juga ada tambahan menu, Bakpao Wayang.

Meskipun rasa nasi kuning tersebut sekeras beras yang barusan di panen, tetap saja kami melahapnya dengan nikmat bukan karena nasi kuning itu sendiri tetapi karena khayalan kami yang pernah melahap nasi kuning kampung kodo, entah 5 atau 20 tahun lalu. Jadi konklusinya, yang kami makan itu bukanlah nasi kuning sebagai materi nyata yang keras tetapi nasi kuning dalam memori kami. Jadi meskipun keras dan dingin tetap saja rasanya hangat. Kami kemudian hanya membahas efek dingin dan keras tadi, sesudah perut terisi.

Saya tertawa tak henti setiap kali mengingat peristiwa nasi kuning kampung kodo di sevel salemba, mengingat teman-teman saya yang menyantap nasi kuning kampung kodo dengan lahapnya. Yang sedang kami santap adalah memori nasi kuning kampung Kodo yang dikenal oleh sel-sel otak dan tersimpan dalam kotak-kotak kenangan akan rasa, bukan nasi kuning itu sendiri.

Malaikatpun pasti cemburu melihat kehangatan ‘hubungan manusia’ dalam menjalani kehidupan ini…ataukah ini semua hanyalah permainan sel-sel otak dengan susunan sarafnya, apapun juga itu, life is still good God, thank You.